Hari ini aku ntn 5cm. Film ini ditayangkan oleh salah satu stasiun tv swasta dalam rangka perayaan hari kemerdekaan Indonesia yang ke 68.
Film ini pada awal peluncurannya mendapatkan respon yang sangat bagus. Berada si box office selama berminggu-minggu. Entah apa yang ditawarkan film ini, ceritanya, artisnya, atau pemandangan gunung semeru yang terkenal.
5cm sebenarnya adalah film yang diadaptasi dari sebuah novel best seller. Sang produser sangat pandai membaca kesempatan dan selera pasar dengan mengangkat novel ini ke layar lebar.
Cerita dari film ini secara garis besar adalah mengenai persahabatan dan bisa dibilang ada unsur cinta tanah air juga dalam ceritanya, hal ini bisa dilihat dari percakapan yang ada dalam film ini. Begitu banyak kata-kata pujian dan ungkapan kebanggaan yang muncul dari setiap pemeran yang seakan-akan dibuat otomatis terlontar karena sensasi pemandangan dari semeru yang menakjubkan.
Sudah menjadi tanggung jawab bagi setiap rumah produksi film yang membuat film adaptasi novel untuk memvisualisasikan isi novel sebaik dan seasli mungkin seperti isi novel yang diadaptasi. Seperti film ini, karena sebagian besar dari isi cerita ini bertempat di semeru, maka proses syuting juga harus bertempat disana.
5cm adalah novel dengan ide, dan setting tempat yang menarik. Dengan pesan mengenai persahabatan, hidup, dan Indonesia yang kaya. Sayangnya, yang menjadi masalah adalah proses penyampaian secara visual dalam hal ini proses syuting filmnya, mengalami banyak kritikan dari para pecinta alam, khususnya pecinta semeru.
Mereka kecewa karena proses syuting film ini malah sebaliknya melenceng dari tujuan dan isi novel. Alam semeru yang asri rusak akibat prises syuting ini. Karena penulis tidak begitu mengeri mengenai semeru, mungkin anda bisa googling sendiri mengenai pro dan kontra proses syuting film ini.
Bagaimana sampai prosesnya diklaim merusak alam semeru.
5cm punya pesan yang sangat bagus. Tapi mungkin akan lebih baik jika pesan itu tertulis dibuku. Biarkan para pembacanya memvisualisasikan sendiri isi novel itu.
Kegiatan mendaki gunung adalah kegiatan yang menyenangkan namun tidak mudah. Meskipun pada akhirnya akan terbayat dengan pemandangan indah dan menakjubkan yang mampu menitikkan air mata bangga, tapi ada perjuangan yang tidak mudah, serta tanggung jawab yang besar dalam prosesnya. Tanggung jawab untuk menikmati keindahan proses pendakian, dan ujung pendakian tanpa merusaknya. Dan tanggung jawab inilah yang diabaikan tim produksi film 5cm.
Biarkan keindahan semeru dinikmati oleh orang-orang yang mau berusaha keras dengan tanggung jawab untuk menjaganya.
Ibaratnya, keindahan hanya pantas dinikmati oleh orang-orang yang memang mau berusaha dan bertanggung jawab dalam usahanya. Seperti semeru, keindahan yang diberikan di ujungnya hamya pantas dinikmati oleh para pendaki-pendaki yang memang mengerti arti dari mendaki itu sendiri. Mendaki keindahan, dan menjaga keindahannya itu.
I LOVE INDONESIA
MERDEKA !!!!!!!
Sabtu, 17 Agustus 2013
Tentang 5cm
Senin, 05 Agustus 2013
Sail Komodo. Kebanggan sekaligus ancaman
Sail komodo. Event yang sedang berlangsung dan menarik minat begitu banyak pihak. Termasuk pihak asing.
Seperti namanya, isi dari kegiatan ini adalah berlayar. Para pesertanya diajak berlayar melihat kekayaan setiap daerah yang disinggahi hingga akhirnya mereka sampai di tempat terakhir yaitu labuan bajo.
Pemerintah selaku wakil rakyat turut mensupport kegiatan ini karena pariwisata merupakan salaj satu penyumbang dana bagi anggaran negara.
Senang sudah pasti, tapi kesal pun ada, melihat betapa kemarin ketika salah satu daerah di flores mengalami bencana gunung meletus, pemerintah semacam tidak peduli atau 'mungkin' lupa. Tapi sudahlah, yang berlalu biarkan berlalu. Saudara sebumi flobamora toh masih banyak yang mau perduli.
Kembali ke event ini, sebagai salah seorang putri NTT, penulis cukup bangga karena akhirnya khalayak bisa tau kalau Indonesia juga punya NTT, NTT masih bagian dari Indonesia, NTT juga salah satu penyumbang kekayaan budaya untuk Indonesia, dan slogan NTT bukanlah "sumber aer su dekat".
Event ini membuat orang-orang tau bahwa NTT tidak semiskin yang dibicarakan di berita-berita. Masyarakatnya masih memegang teguh budaya nenek moyang dan inilah kekayaan NTT. Masih alami dan polos.
Kekayaan yang tetap terjaga dan asli ini adalah hasil dari kearifan lokal masyarakat setempat yang tidak serakah. Ketertarikan orang luar terutama orang asing terhadap NTT khususnya labuan bajo, merupakan kebanggan tapi sekaligus sebuah ancaman.
Mengaba bisa menjadi ancaman? Hal ini akan menjadi ancaman ketika ketertarikan orang-orang asing ini berlanjut dengan penanaman modal yang tidak dibarengi dengan kebijaksanaan pemerintah yang tidak memikirkan rakyatnya. Penanaman modal tidak dibatasi dan akhirnya masyarakat lokal yang menjadi korbannya. Ketika pihak asing mendapat akses membuka usaha tanpa batasan yang jelas dan tegas dari pemerintah, bisa-bisa hal ini dapat mematikan usaha masyarakat lokal. Mereka akhirnya hanya bisa menjadi pesuruh para pemilik modal di tanah kelahirannya sendiri. Kita terjajah dua kali berarti.
Tapi sekali lagi ini hanyalah kekhawatiran penulis semata. Semoga keberadaan event ini dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi masyarakat lokal, dan memang itulah yang seharusnya terjadi. Serta dibarengi oleh kebijakan pemerintah yang tetap menjunjung tinggi kesejahteraab masyarakatnya sebagai tujuan utama.
Semoga keaslian tempat-tempat wisata di NTT tetap terjaga tanpa harus tersentuh dengan pembangunan yang justru merusak. Meskipun pembangunan-pembangunan itu berkedok untuk menarik minat wisatawan, tapi tetap saja, keaslian harus dinomorsatukan. Maksud penulis disini bahwa sejatinya pemerintah yang bijaksana dan peduli rakyat adalah pemerintah yang tau membedakan mana yang harus dirubah dan mana yang harus dipertahankan dengan tetap menjunjung tujuan utama tadi, kesejahteraan masyarakatnya. Biar bagaimanapun, perubahan itu perlu, tapi keaslian tetap yang utama.