Ada hal miris yang saya temui hari ini
menyangkut hubungan seorang ibu dengan anaknya, teknologi, dan gaya hidup. Ketiganya
saling berkaitan satu sama lain dan berujung pada kejadian yang cukup ironis.
Pertama, ketika sore ini saya dan pasangan
saya sedang mengerjakan tugas kuliah di sebuah kafe, kami bertemu dengan
seorang ibu muda yang merokok di depan anaknya yang masih sangat kecil. Entah karena
gaya hidup yang mungkin membuat persepsi merokok itu sebagai sesuatu yang keren. Atau memang sang ibu merasa terpuaskan
dengan merokok, lalu dengan egois menikmati rokoknya tanpa peduli dengan
kesehatan dan mental anaknya. Inilah yang saya maksud dengan ironis. Betapa mirisnya,
hanya karena gaya hidupnya sebagai seorang ibu muda yang terbiasa merokok sejak
lama, lalu menjadi egois dan tidak bertanggung jawab seperti itu. Mungkin dia
merasa biasa saja, namun ketika dipikir lebih dalam lagi, kebiasaan seperti ini
jelas tidak hanya merugikan dirinya, namun merugikan kesehatan anaknya karena
sejak kecil sudah diracuni oleh asap rokok bukan dari orang lain melainkan
ibunya sendiri. selain itu, dengan kebiasaan seperti itu, dia juga perlahan
membentuk mental anaknya untuk melihat kegiatan merokok sebagai suatu hal yang
biasa saja. Sehingga di masa depan nanti ketika anaknya dewasa, mungkin sang
anak akan mengikuti jejak ibunya sebagai perokok.
Tidak berhenti disitu, ada satu lagi kejadian
yang kali ini bersangkutan dengan teknologi. Di tempat makan, kami bertemu lagi
dengan seorang ibu yang sedang menemani anaknya makan malam. Seperti biasanya
setelah makan, orang-orang terbiasa
duduk-duduk sebentar sambil bercerita. Kejadian ini menjadi miris ketika sang
anak dengan antusiasnya bercerita, dan diabaikan oleh ibunya sendiri yang sibuk
dengan tablet dan smartphone pada masing-masing tangannya. Mungkin saat itu dia
juga ikut mendengarkan cerita anaknya, tapi ketika sang anak bercerita, lalu
orangtua tidak memberikan perhatian seutuhnya? Dimana penghargaan terhadap sang
anak? Padahal yang sedang sang ibu lakukan dengan tabletnya adalah bermain
game. Inilah salah satu hasil dari hipnotis teknologi. Orang-orang semakin
tidak perduli dengan kualitas berbicara langsung dan tatap muka, ketimbang
sms-an dan sejenisnya. Sang ibu tidak sadar dengan apa yang dilakukannya itu
secara tidak langsung memberikan makna “Benar” ketika suatu saat nanti dia
berbicara kepada sang anak dan si anak mengabaikannya.
Kejadian diatas hanya sebagian kecil dari
begitu banyaknya hal-hal yang mungkin lebih ironis, yang merupakan akibat dari semakin
cepatnya arus globalisasi masuk dan dihadapi oleh orang-orang yang kurang
bijaksana dan bisa dikatakan belum siap. Kita memang bebas untuk memilih gaya
hidup seperti apa yang kita inginkan. Namun, ketika hal itu menyangkut orang lain, mungkin kita bisa sedikit
menurunkan ego dan mulai memikirkan untuk menggunakan kebebasan tanpa merugikan
orang lain. Begitu juga dengan teknologi. Banyak hal positif yang kita peroleh
dari kemajuan teknologi. Semua pekerjaan dan komunikasi menjadi lebih mudah dan
menyenangkan. Namun kemajuan seperti ini juga harus ditanggapi dengan
bijaksana. Ada saat ketika kita memang harus berhadapan dengan benda-benda itu,
namun jangan sampai diperbudak itu lalu kemudian menjadi lupa dengan keberadaan
orang lain. Penghargaan terhadap orang lain itu sangat penting. Tidak peduli
siapa orang lain itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar