Rabu, 27 Februari 2013

Ibu, Gaya Hidup dan Teknologi


Ada hal miris yang saya temui hari ini menyangkut hubungan seorang ibu dengan anaknya, teknologi, dan gaya hidup. Ketiganya saling berkaitan satu sama lain dan berujung pada kejadian yang cukup ironis.

Pertama, ketika sore ini saya dan pasangan saya sedang mengerjakan tugas kuliah di sebuah kafe, kami bertemu dengan seorang ibu muda yang merokok di depan anaknya yang masih sangat kecil. Entah karena gaya hidup yang mungkin membuat persepsi merokok itu sebagai sesuatu yang  keren. Atau memang sang ibu merasa terpuaskan dengan merokok, lalu dengan egois menikmati rokoknya tanpa peduli dengan kesehatan dan mental anaknya. Inilah yang saya maksud dengan ironis. Betapa mirisnya, hanya karena gaya hidupnya sebagai seorang ibu muda yang terbiasa merokok sejak lama, lalu menjadi egois dan tidak bertanggung jawab seperti itu. Mungkin dia merasa biasa saja, namun ketika dipikir lebih dalam lagi, kebiasaan seperti ini jelas tidak hanya merugikan dirinya, namun merugikan kesehatan anaknya karena sejak kecil sudah diracuni oleh asap rokok bukan dari orang lain melainkan ibunya sendiri. selain itu, dengan kebiasaan seperti itu, dia juga perlahan membentuk mental anaknya untuk melihat kegiatan merokok sebagai suatu hal yang biasa saja. Sehingga di masa depan nanti ketika anaknya dewasa, mungkin sang anak akan mengikuti jejak ibunya sebagai perokok.




Tidak berhenti disitu, ada satu lagi kejadian yang kali ini bersangkutan dengan teknologi. Di tempat makan, kami bertemu lagi dengan seorang ibu yang sedang menemani anaknya makan malam. Seperti biasanya setelah makan,  orang-orang terbiasa duduk-duduk sebentar sambil bercerita. Kejadian ini menjadi miris ketika sang anak dengan antusiasnya bercerita, dan diabaikan oleh ibunya sendiri yang sibuk dengan tablet dan smartphone pada masing-masing tangannya. Mungkin saat itu dia juga ikut mendengarkan cerita anaknya, tapi ketika sang anak bercerita, lalu orangtua tidak memberikan perhatian seutuhnya? Dimana penghargaan terhadap sang anak? Padahal yang sedang sang ibu lakukan dengan tabletnya adalah bermain game. Inilah salah satu hasil dari hipnotis teknologi. Orang-orang semakin tidak perduli dengan kualitas berbicara langsung dan tatap muka, ketimbang sms-an dan sejenisnya. Sang ibu tidak sadar dengan apa yang dilakukannya itu secara tidak langsung memberikan makna “Benar” ketika suatu saat nanti dia berbicara kepada sang anak dan si anak mengabaikannya.



Kejadian diatas hanya sebagian kecil dari begitu banyaknya hal-hal yang mungkin lebih ironis, yang merupakan akibat dari semakin cepatnya arus globalisasi masuk dan dihadapi oleh orang-orang yang kurang bijaksana dan bisa dikatakan belum siap. Kita memang bebas untuk memilih gaya hidup seperti apa yang kita inginkan. Namun, ketika hal itu  menyangkut  orang lain, mungkin kita bisa sedikit menurunkan ego dan mulai memikirkan untuk menggunakan kebebasan tanpa merugikan orang lain. Begitu juga dengan teknologi. Banyak hal positif yang kita peroleh dari kemajuan teknologi. Semua pekerjaan dan komunikasi menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Namun kemajuan seperti ini juga harus ditanggapi dengan bijaksana. Ada saat ketika kita memang harus berhadapan dengan benda-benda itu, namun jangan sampai diperbudak itu lalu kemudian menjadi lupa dengan keberadaan orang lain. Penghargaan terhadap orang lain itu sangat penting. Tidak peduli siapa orang lain itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar